Artikel Terkait:
- Penyelundupan Ratusan Laptop di Batam Berhasil Digagalkan
- YLKI Minta Razia Laptop Disosialisasikan
- Penumpang Takut Buka Laptop di Bandara
- Polisi Bantah Razia Laptop di Bandara
- Awas, Denda Laptop Rp 9,5 Juta
YOGYAKARTA, KAMIS - Masih ada pemahaman keliru dari masyarakat dalam memandang dan membeli barang-barang elektronik berbasis teknologi seperti laptop dan komputer. Salah satunya adalah pengaruh kurs dollar terhadap harga.
Selama ini, masyarakat tersugesti bahwa saat dollar melambung, harga barang elektronik ikut meroket. Demikian pula sebaliknya. Anggapan tersebut memang tidak salah sepenuhnya.
Hanya saja , menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Komputer Indonesia (Apkomindo) Yogyakarta, HadiSantono, dalam dunia pengusaha komputer, harga barang naik atau turun, dominan disebabkan oleh dua faktor.
Faktor pertama adalah persaingan antarpengusaha. Jika ada satu toko berani mematok harga rendah untuk produk tertentu, maka toko-toko lain segera menurunkan harga. "Sedangkan faktor kedua adalah teknologi, ujarnya," Kamis (9/10).
Laptop, komputer, hingga flash disc, misalnya, teknologinya terus bergerak. Barang yang saat ini berteknologi tinggi, maka dua atau tiga bulan mendatang akan dipandang biasa, sebab muncul produk baru yang lebih berteknologi. Harga produk lama pun turun.
Sementara masyarakat sudah takut duluan begitu kurs dollar melejit. Padahal kurs dollar memang naik-turun. "Di sisi lain, katakanlah, meski dollar naik atau turun pun, kondisinya kan bisa dimanfaatkan toko guna mencari pembenaran bahwa harga jualannya tetap tak bisa ditawar. Bukankah demikian?" ucapnya.
Masyarakat, lanjut dia, jangan terlalu melihat kurs dollar ketika hendak membeli. Kalau ingin membeli ya disesuaikan dengan kantong saja.
0 komentar:
Posting Komentar